Rabu, 19 Desember 2012

Semarak Pesta Rakyat Bau Nyale, Pantai Kaliantan,Lombok Timur

Akhirnya, pesta rakyat tahunan “Bau Nyale” tahun 2011 yang rangkaian acaranya dimulai sejak tanggal 21 Februari 2011 berakhir pada Rabo dinihari, 23 Februari. Sebelum acara puncak, pada sore harinya dilakukan upacara “Menyisik”, yang oleh masyarakat Jerowaru merupakan panggilan kepada cacing laut yang disebut “Nyale” itu untuk menepi ke pinggir laut. Upacara “Menyisik” ini dihadiri oleh ribuan masyarakat segala usia yang tumpah ruah sejak siang harinya di Tampah Boleq, Pantai Kaliantan, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru. Kepala Dinas Budpar Lombok Timur, Drs. H. Gufranuddin, M.A. yang melepas arak-arakan peserta upacara “Menyisik” menghimbau agar masyarakat dan pengunjung menjaga keamanan dan ketertiban agar pesta rakyat “Bau Nyale” berjalan sukses. “Untuk memajukan sektor pariwisata, maka diperlukan suasana yang aman dan tertib. Kunjungan wisatawan akan meningkat jika sebuah objek wisata terpelihara keamanan dan ketertibannya. Mustahil wisatawan akan datang ke objek wisata yang rusuh”, katanya. Upacara “Menyisik” yang berakhir menjelang senja tersebut, akhirnya ditutup oleh Camat Jerowaru, M. Juaeni Taofik, M.Si. Di tempat yang sama pada sore harinya digelar pertandingan perisaian antar pepadu se Lombok. Meskipun beberapa kali hujan sempat turun di arena pertandingan, tidak menyurutkan semangat para pepadu untuk terus bertarung. Sorak sorai ribuan penonton menyemangati jagoannya, membuat para pepadu semakin bersemangat untuk berlaga. “Justru hujan ini yang ditunggu-tunggu. Karena ini menandakan tangkapan nyale akan melimpah”, kata salah seorang pengunjung. Acara peresean yang tidak selesai pada sore hari itu, akhirnya dilanjutkan pada malam harinya hingga tengah malam, karena antusias para pepadu dari berbagai penjuru Lombok untuk memeriahkan acara “Bau Nyale” tersebut.Pada malam penutupan pesta rakyat “Bau Nyale” di Kaliantan, Lombok Timur tersebut, masyarakat dihibur berbagai kesenian, antara lain Cilokaq, musik dangdut, band, teater Putri Mandalika dan terakhir pertunjukan wayang kulit hingga pagi hari. Dalam sambutan penutupannya, Bupati Lombok Timur—M.Sukiman Azmy, melalui sambutan tertulis yang dibacakan Kadis Budpar Lotim—Drs.H.Gufranuddin, M.A., mengatakan pentingnya pelestarian budaya daerah sebagai asset yang tak ternilai harganya. “Pemerintah mendukung sepenuhnya serta mengapresiasi usaha-usaha pelestarian budaya lokal seperti event Bau Nyale ini”, tegasnya. Dukungan Pemerintah akan terus dilakukan dalam setiap event budaya yang bertujuan untuk melestarikan tradisi dan budaya luhur bangsa yang tengah tergerus roda zaman globalisasi yang serba canggih saat ini, tambah Bupati. Lebih jauh Bupati Lotim memaparkan bahwa pelestarian budaya meliputi usaha-usaha untuk menjaga dan melestarikan agar hasil-hasil budaya yang ada tetap hidup dan tidak hilang atau rusak. Kemudian, usaha pegembangan budaya dilakukan untuk menghasilkan mutu yang meningkat dan memperluas khazanah budaya, yang akhirnya budaya dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk menunjukkan citra identitas suatu suku bangsa, untuk pendidikan kesadaran budaya, dan untuk dijadikan daya tarik wisata. Meskipun secara resmi Bupati Lotim menutup acara Pesta Rakyat Bau Nyale Tahun 2011 sekitar pukul 21:00, namun tidak menyurutkan minat pengunjung untuk beranjak dari tempatnya. Bahkan, arus pengunjung yang memadati lokasi acara semakin ramai seiring dengan malam yang semakin larut. Diperkirakan jumlah pengunjung tahun ini menembus lebih dari dua puluh ribuan orang. (BUDPAR).
Pantai Kaliantan, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru—lokasi Festival Pesta Rakyat Bau Nyale di Lombok Timur.

0 komentar:

Posting Komentar